MANUSIA,
KEMANUSIAAN DAN PENDIDIKAN
A. Manusia
dan Kemanusiaan
·
Kemanusiaan berarti hakikat da
sifat-sifat khas manusia sebagai makhluk yang tinggi harkat dan martabatnya.
·
Manusia hakikatnya bias di pandang
secara segmental atau dalam arti parsial.
·
Hakikat manusia Indonesia berdasarkan
pancasila (kodrat monopluralis), terdiri atas :
a. Monodualis
susunan kodrat manusia yang terdiri dari aspek keragaan, meliputi wujud materi
anorganis benda mati, vegetates dan animalis. Serta aspek kejiwaan
meliputi cipta, rasa dan karsa.
b. Monodualis
sifat kodrat manusia terdiri atas segi individu dan segi social.
c. Monodualis
kedudukan kodrat meliputi segi keberadaan manusia sebagai makhluk yang
berkepribadian merdeka (berdiri sendiri) sekaligus juga menunjukanm
keterbatasannya sebagai makhluk Tuhan.
Para penulis di Eropa dan Amerika telah
banyak mencoba untuk memberikan deskripsi tentang hakikat manusia (dalam
Prayitno dan Erman Amti,
2004:140):
2004:140):
1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
2.Manusia dapat
belajar mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya khususnya apabila ia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
dihadapinya khususnya apabila ia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
3. Manusia
berusaha terus-menerus mengembangkan dirinya dengan pendidikan.
4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi lebih baik dan buruk.
4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi lebih baik dan buruk.
Sedangkan menurut Sigmund Freud (dalam Syamsu dan Juntika, 2008:
109) hakikat dari manusia:
1.
Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi
tak sadar, dorongan-dorongan biologis, dan pengalaman masa kecil.
tak sadar, dorongan-dorongan biologis, dan pengalaman masa kecil.
2.
Dinamika kepribadian berlangsung melalui pembagian energi psikis kepada
id, ego dan superego yang bersifat saling mendominasi.
3.
Manusia memiliki naluri-naluri seksual (libido seksual) dan agresif;
naluri kehidupan (eros) dan kematian (tonatos).
4.
Manusia bertingkah laku dideterminasi oleh hasrat memperoleh
kesenangan dan mneghindari rasa sakit (pleasure principle).
5.
Manusia pada dasarnya bersifat pesimistik, deterministik, mekainistik,reduksionistik .
Menurut Virginia Satir (dalam Prayitno
dan Erman Amti, 2004:140)
memandang bahwa manusia pada hakikatnya positif. Setelah mempelajari ribuan
keluarga secara mendalam, Satir berkesimpulan bahwa pada setiap saat, dalam
suasana apapun juga, manusia berada dalam keadaan yang terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu. Diyakini juga bahasa
manusia pada dasarnya bersifat rasional dan memiliki kebebasan serta kemampuan untuk membuat keputusan dalam hidupnya. Deskripsi di atas telah memberikan gambaran secara mendasar tentang manusia. Gambaran itu akan lebih lengkap jika ditambahkan hal-hal berikut:
memandang bahwa manusia pada hakikatnya positif. Setelah mempelajari ribuan
keluarga secara mendalam, Satir berkesimpulan bahwa pada setiap saat, dalam
suasana apapun juga, manusia berada dalam keadaan yang terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu. Diyakini juga bahasa
manusia pada dasarnya bersifat rasional dan memiliki kebebasan serta kemampuan untuk membuat keputusan dalam hidupnya. Deskripsi di atas telah memberikan gambaran secara mendasar tentang manusia. Gambaran itu akan lebih lengkap jika ditambahkan hal-hal berikut:
•
Manusia adalah makhluk.
Dari
tinjauan agama, pengertian makhluk ini memberikan pemahaman bahwa ia terikat kepada
Tuhan, yaitu keterikatan sebagaimana menjadi dasar penciptaan manusia itu
sendiri.
• Manusia adalah makhluk yang memiliki derajat tertinggi,
Karena
dianugerahi akal serta dijadikan pemimpin bagi makhluk-makhluk lain diatas bumi.
• Keberadaan manusia dilengkapi dengan empat dimensi kemanusiaan.
Yaitu
dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan.
Keempat dimensi tersebut dikembangkan secara menyeluruh, terpadu, selaras, serasi, dan seimbang demi terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang seutuhnya. Hakikat manusia sebagaimana tergambar di atas akan terwujud selama manusia itu ada.. Namun untuk mengoptimalkan perwujudan kemanusiaan itu, upaya-upaya pembudayaan, pendidikan dan konseling perlu didasarkan pada pemahaman tentang hakikat manusia itu agar upaya-upaya tersebut lebih efektif dan tidak menyimpang dari hakikat manusia itu sendiri.
Deskripsi di atas telah memberikan gambaran secara mendasar tentang manusia. Gambaran itu akan lebih lengkap jika ditambahkan hal-hal berikut:
1. Manusia adalah makhluk. Dari tinjauan agama, pengertian makhluk ini memberikan pemahaman bahwa ia terikat kepada Tuhan, yaitu keterikatan sebagaimana menjadi dasar penciptaan manusia itu sendiri. Untuk apa manusia diciptakan? Yaitu untuk mengabdi kepada Tuhan demi kebahagiaannya.
Keempat dimensi tersebut dikembangkan secara menyeluruh, terpadu, selaras, serasi, dan seimbang demi terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang seutuhnya. Hakikat manusia sebagaimana tergambar di atas akan terwujud selama manusia itu ada.. Namun untuk mengoptimalkan perwujudan kemanusiaan itu, upaya-upaya pembudayaan, pendidikan dan konseling perlu didasarkan pada pemahaman tentang hakikat manusia itu agar upaya-upaya tersebut lebih efektif dan tidak menyimpang dari hakikat manusia itu sendiri.
Deskripsi di atas telah memberikan gambaran secara mendasar tentang manusia. Gambaran itu akan lebih lengkap jika ditambahkan hal-hal berikut:
1. Manusia adalah makhluk. Dari tinjauan agama, pengertian makhluk ini memberikan pemahaman bahwa ia terikat kepada Tuhan, yaitu keterikatan sebagaimana menjadi dasar penciptaan manusia itu sendiri. Untuk apa manusia diciptakan? Yaitu untuk mengabdi kepada Tuhan demi kebahagiaannya.
2. Manusia adalah makhluk yang memiliki
derajat tertinggi karena dianugerahi akal serta dijadikan pemimpin bagi
makhluk-makhluk lain diatas bumi.
3.
Keberadaan manusia dilengkapi dengan empat dimensi kemanusiaan yaitu dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan. Keempat dimensi
tersebut dikembangkan secara menyeluruh, terpadu, selaras, serasi, dan seimbang
demi terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang seutuhnya. Hakikat manusia
sebagaimana tergambar di atas akan terwujud selama
manusia itu ada.. Namun untuk mengoptimalkan perwujudan kemanusiaan.
manusia itu ada.. Namun untuk mengoptimalkan perwujudan kemanusiaan.
Sekarang apa yang akan difahami dari
manusia dan pendidikannya? Berkaitan dengan hal ini, ada dua pandangan yaitu
pertama konsep yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi, dan kedua
bahwa manusia adalah hasil ciptaan
Tuhan.
Herbert Spencer dalam S.E. Frost Jr
(1957; 83) menyatakan bahwa beradanya manusia di alam semesta adalah sebagai
makhluk (ciptaan) Tuhan. Tokoh yang berpandangan demikian adalah Thomas Aquinas
(S.E. Frost, 1957; 64) dan Algazali (Ali Issa Othman, 1987; 185-190). Kaum
evolusionisme mempunyai pandangan bahwa alam terjadi dengan sendirinya termasuk
segala apa yang ada di dalamnya, antara lain manusia. Semua mengalami proses
perkembangan dan perubahan menuju kesempurnaan. Kesempurnaan yang dituju adalah
wujud fisik dan biologisnya.
Dilihat dari struktur fisik, manusia
menunjukkan paling sempurna dari mulai struktur
tengkorak yang mempunyai fungsi utama dalam melindungi pusat otak ( sebagai
ciri homo sapiens) sampai dengan kedudukan kaki sebagai alat mobilitas kehidupan manusia, sehingga mampu melakukan
berbagai gerakan. Hal ini mengimplikasikan
bahwa kemampuan manusia memiliki kemampuan yang luar biasa dibandingkan dengan makhluk lain.
Kemampuan manusia yang lebih besar
adalah adanya kemampuan menyesuaikan
diri dengan berbagai lingkungan, karena dilengkapi oleh perkembangan
organ-organ fisik yang lebih sempurna dan kompleks. Kemampuan ini melahirkan manusia mampu membuat alat
dalam mengatasi lingkungannya, dan mampu
mengubah lingkungan dalam rangka sebagai khalifah di bumi.
Inti dari semua kemampuan tersebut
adalah berpusat pada kemampuan intelektualnya. Implikasi dari pandangan
tersebut terhadap pendidikan adalah bahwa tugas pendidikan adalah menggali dan
mengembangkan kemampuan intelektual manusia, agar dapat memelihara,
melestarikan dan mengembangkan kehidupan manusia ke arah yang lebih beradab dan
bermartabat. Kaum kreasionisme, menyatakan bahwa manusia adalah sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
Kemampuan manusia yang melebihi
kemampuan jenis makhluk lain, akan dapat menemukan prinsip pertama “berfikir”,
yaitu batas-batas berfikir, sejak kapan manusia mulai berfikir dan sampai kapan
akhir berfikir, dari apa seseorang mulai sadar berfikir dan sampai di mana
seseorang berfikir segalanya. Pada muaranya adalah pertanyaan siapa yang
menciptakan kemampuan manusia bisa berfikir. Untuk apa manusia bisa berfikir ?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut, akan memberikan jawaban bahwa kemampuan
berfikir manusia adalah ciptaan Yang Maha Pemikir. Kesadaran manusia akan
kemampuan berfikirnya tidak menjadikan dirinya
KEPUSTAKAAN
http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2010/10/konsep-manusia-dalam-kaitan-dengan_2940.html