Selasa, 30 April 2013

MANUSIA, KEMANUSIAAN DAN PENDIDIKAN


MANUSIA, KEMANUSIAAN DAN PENDIDIKAN
A.    Manusia dan Kemanusiaan
·         Kemanusiaan berarti hakikat da sifat-sifat khas manusia sebagai makhluk yang tinggi harkat dan martabatnya.
·         Manusia hakikatnya bias di pandang secara segmental atau dalam arti parsial.
·         Hakikat manusia Indonesia berdasarkan pancasila (kodrat monopluralis), terdiri atas :
a.       Monodualis susunan kodrat manusia yang terdiri dari aspek keragaan, meliputi wujud materi anorganis benda mati, vegetates dan animalis.  Serta aspek kejiwaan meliputi cipta, rasa dan karsa.
b.      Monodualis sifat kodrat manusia terdiri atas segi individu dan segi social.
c.       Monodualis kedudukan kodrat meliputi segi keberadaan manusia sebagai makhluk yang berkepribadian merdeka (berdiri sendiri) sekaligus juga menunjukanm keterbatasannya sebagai makhluk Tuhan.
Para penulis di Eropa dan Amerika telah banyak mencoba untuk memberikan deskripsi tentang hakikat manusia (dalam Prayitno dan Erman Amti,
2004:140):

1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
2.Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya khususnya apabila ia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
3. Manusia berusaha terus-menerus mengembangkan dirinya dengan pendidikan.
4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi lebih baik dan buruk.

            Sedangkan menurut Sigmund Freud (dalam Syamsu dan Juntika, 2008:
109) hakikat dari manusia:
1. Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi
tak sadar, dorongan-dorongan biologis, dan pengalaman masa kecil. 
2. Dinamika kepribadian berlangsung melalui pembagian energi psikis kepada id, ego dan superego yang bersifat saling mendominasi. 
3. Manusia memiliki naluri-naluri seksual (libido seksual) dan agresif; naluri kehidupan (eros) dan kematian (tonatos). 
4. Manusia bertingkah laku dideterminasi oleh hasrat memperoleh kesenangan dan mneghindari rasa sakit (pleasure principle). 
5. Manusia pada dasarnya bersifat pesimistik, deterministik, mekainistik,reduksionistik .

Menurut Virginia Satir (dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:140)
memandang bahwa manusia pada hakikatnya positif. Setelah mempelajari ribuan
keluarga secara mendalam, Satir berkesimpulan bahwa pada setiap saat, dalam
suasana apapun juga, manusia berada dalam keadaan yang terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu. Diyakini juga bahasa
manusia pada dasarnya bersifat rasional dan memiliki kebebasan serta kemampuan untuk membuat keputusan dalam hidupnya. Deskripsi di atas telah memberikan gambaran secara mendasar tentang manusia. Gambaran itu akan lebih lengkap jika ditambahkan hal-hal berikut: 
• Manusia adalah makhluk.
Dari tinjauan agama, pengertian makhluk ini memberikan pemahaman bahwa ia terikat kepada Tuhan, yaitu keterikatan sebagaimana menjadi dasar penciptaan manusia itu sendiri.

 • Manusia adalah makhluk yang memiliki derajat tertinggi,
Karena dianugerahi akal serta dijadikan pemimpin bagi makhluk-makhluk lain diatas bumi.

                        • Keberadaan manusia dilengkapi dengan empat dimensi kemanusiaan.
Yaitu dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan.
Keempat dimensi tersebut dikembangkan secara menyeluruh, terpadu, selaras, serasi, dan seimbang demi terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang seutuhnya. Hakikat manusia sebagaimana tergambar di atas akan terwujud selama manusia itu ada.. Namun untuk mengoptimalkan perwujudan kemanusiaan itu, upaya-upaya pembudayaan, pendidikan dan konseling perlu didasarkan pada pemahaman tentang hakikat manusia itu agar upaya-upaya tersebut lebih efektif dan tidak menyimpang dari hakikat manusia itu sendiri.
Deskripsi di atas telah memberikan gambaran secara mendasar tentang manusia. Gambaran itu akan lebih lengkap jika ditambahkan hal-hal berikut:
1. Manusia adalah makhluk. Dari tinjauan agama, pengertian makhluk ini memberikan pemahaman bahwa ia terikat kepada Tuhan, yaitu keterikatan sebagaimana menjadi dasar penciptaan manusia itu sendiri. Untuk apa manusia diciptakan? Yaitu untuk mengabdi kepada Tuhan demi kebahagiaannya.
 2. Manusia adalah makhluk yang memiliki derajat tertinggi karena dianugerahi akal serta dijadikan pemimpin bagi makhluk-makhluk lain diatas bumi. 
3. Keberadaan manusia dilengkapi dengan empat dimensi kemanusiaan yaitu dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan. Keempat dimensi tersebut dikembangkan secara menyeluruh, terpadu, selaras, serasi, dan seimbang demi terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang seutuhnya. Hakikat manusia sebagaimana tergambar di atas akan terwujud selama
manusia itu ada.. Namun untuk mengoptimalkan perwujudan kemanusiaan.
Sekarang apa yang akan difahami dari manusia dan pendidikannya? Berkaitan dengan hal ini, ada dua pandangan yaitu pertama konsep yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi, dan kedua bahwa manusia  adalah hasil ciptaan Tuhan. 
Herbert Spencer dalam S.E. Frost Jr (1957; 83) menyatakan bahwa beradanya manusia di alam semesta adalah sebagai makhluk (ciptaan) Tuhan. Tokoh yang berpandangan demikian adalah Thomas Aquinas (S.E. Frost, 1957; 64) dan Algazali (Ali Issa Othman, 1987; 185-190). Kaum evolusionisme mempunyai pandangan bahwa alam terjadi dengan sendirinya termasuk segala apa yang ada di dalamnya, antara lain manusia. Semua mengalami proses perkembangan dan perubahan menuju kesempurnaan. Kesempurnaan yang dituju adalah wujud fisik dan biologisnya.
Dilihat dari struktur fisik, manusia menunjukkan paling sempurna dari mulai  struktur tengkorak yang mempunyai fungsi utama dalam melindungi pusat otak  (  sebagai ciri homo sapiens) sampai dengan kedudukan kaki sebagai alat mobilitas  kehidupan manusia, sehingga mampu melakukan berbagai gerakan. Hal ini  mengimplikasikan bahwa kemampuan manusia memiliki kemampuan yang luar biasa  dibandingkan dengan makhluk lain.
Kemampuan manusia yang lebih besar adalah  adanya kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan, karena dilengkapi oleh perkembangan organ-organ fisik yang lebih sempurna dan kompleks. Kemampuan  ini melahirkan manusia mampu membuat alat dalam mengatasi lingkungannya, dan  mampu mengubah lingkungan dalam rangka sebagai khalifah di bumi.
Inti dari semua kemampuan tersebut adalah berpusat pada kemampuan intelektualnya. Implikasi dari pandangan tersebut terhadap pendidikan adalah bahwa tugas pendidikan adalah menggali dan mengembangkan kemampuan intelektual manusia, agar dapat memelihara, melestarikan dan mengembangkan kehidupan manusia ke arah yang lebih beradab dan bermartabat. Kaum kreasionisme, menyatakan bahwa manusia adalah sebagai makhluk  Tuhan Yang Maha Esa.
Kemampuan manusia yang melebihi kemampuan jenis makhluk lain, akan dapat menemukan prinsip pertama “berfikir”, yaitu batas-batas berfikir, sejak kapan manusia mulai berfikir dan sampai kapan akhir berfikir, dari apa seseorang mulai sadar berfikir dan sampai di mana seseorang berfikir segalanya. Pada muaranya adalah pertanyaan siapa yang menciptakan kemampuan manusia bisa berfikir. Untuk apa manusia bisa berfikir ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut, akan memberikan jawaban bahwa kemampuan berfikir manusia adalah ciptaan Yang Maha Pemikir. Kesadaran manusia akan kemampuan berfikirnya tidak menjadikan dirinya
KEPUSTAKAAN

http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2010/10/konsep-manusia-dalam-kaitan-dengan_2940.html






                                             





KESEHATAN MENTAL GANGGUAN OBSESIF DAN KOMPULS



MAKALAH
KESEHATAN MENTAL
GANGGUAN OBSESIF DAN KOMPULS








A.     Konsep Dasar Gangguan Obsesif-Kompulsif
1. Pengertian
a. Obsesif 
Menurut Kaplan dan Sadock dalam Khaidir muhaj (2009) obsesif adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang manggangu (intrusif), obsesif adalah isi pikiran yang kukuh (“Persistent”) timbul, biarpun tidak diketahuinya, dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin
b.Kompulsi
Kompulsi adalah pikiran atau prilaku yang disadari, dilakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa, mencari, atau menghindari (menurut Kaplan dan Sadock dalam Khaidir muhaj: 2009). Senada dengan itu dalam Psikology mania (2011) Obsesif dalah gagasan, khayalan atau  dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan. 
Kompulsi adalah desakan atau paksaan untuk melakukan sesuatu yang akan meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi. Obsesif meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kolpulsi menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat. Seseorang dengan gangguan Obsesif-Kompulsi biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan  kompulsi sebagai ego-distorik. Gangguan Obsesif-Kompulsi dapat merupakan gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesif dapat menghabiskan waktu dan dapat menggangu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas social yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.
Jadi Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya. Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu didominasi oleh repetatif pikiran-pikiran (obsesi) yang ditindaklanjuti dengan perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya. Penderita gangguan ini mungkin telah berusaha untuk melawan pikiran-pikiran menganggu tersebut yang timbul secara berulang-ulang akan tetapi tidak mampu menahan dorongan melakukan tindakan berulang untuk memastikan segala sesuatunya baik-baik saja (Psikology mania: 2011)



B.     KARAKTERISTIK PERILAKU
Menurut Kaplan dan Sadock dalam Khaidir muhaj (2009) perilaku dalam obssive kompulsif ditandai dengan ciri-ciri:
  1. Suatu gangguan atau impuls yang memaksa dirinya secara bertubi-tubi dan terus    menerus .
2. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan, yang menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan ataun impuls awal.
3. Obsesif dan kompulsif adalah asing bagi ego (ego-alien) ; yaitu ia dialami sebagai asing bagi pengalaman sseseorang tentang dirinya sebagai makhluk psikologis.
4. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesif atau kompulsi tersebut, orang
biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk akal.
5. Orang yang menderita akibat obsesif dan kompulsi biasanya merasakan suatu dorongan yang kuat untuk menahannya, tetapi kira-kira separuh dari smua pasien memiliki pertahanan yang kecil terhadap kompulsi. Kira-kira 80 % dari semua pasien percaya bahwa kompulsi adalah irasional. Gambaran obsesif dan kompulsi adalah heterogen pada orang dewasa,demikian juga pada anak-anak remaja
Dalam psikology mania (2009) berbagai perilaku yang sering terjadi dalam obsesive kompulsif adalah: 
a.         Membersihkan atau mencuci tangan 
b.         Memeriksa atau mengecek 
c.         Menyusun 
d.         Mengkoleksi atau menimbun barang 
e.         Menghitung atau mengulang pikiran yang selalu muncul (obsesif) 
f.          Takut terkontaminasi penyakit/kuman 
g.         Takut membahayakan orang lain 
h.         Takut salah 
i.           Takut dianggap tidak sopan 
j.           Perlu ketepatan atau simetri 
k.         Bingung atau keraguan yang berlebihan. 
l.           Mengulang berhitung berkali-kali (cemas akan kesalahan pada urutan bilangan)
Individu yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif kadang memilki pikiran intrusif tanpa tindakan repetatif yang jelas akan tetapi sebagian besar penderita menunjukkan perilaku kompulsif sebagai bentuk lanjutan dari pikiran-pikiran negatif sebelumnya yang muncul secara berulang, seperti ketakutan terinfeksi kuman, penderita gangguan obsesif-kompulsif sering mencuci tangan (washer) dan perilaku umum lainny.

C.     PENYEBAB PERILAKU
Gangguan obsesif-kompulsif tidak ada kaitan dengan bentuk karakteristik kepribadian seseorang, pada individu yang memiliki kepribadian obsesif-kompulsif cenderung untuk bangga dengan ketelitian, kerapian dan perhatian terhadap hal-hal kecil, sebaliknya pada gangguan obsesif-kompulsif, individu merasa tertekan dengan kemunculan perilakunya yang tidak dapat dikontrol. Mereka merasa malu bila perilaku-perilaku tersebut dipertanyakan oleh orang yang melihatnya karena melakukan pekerjaan yang secara berulang-ulang. Mereka berusaha mati-matian untuk menghilangkan kebiasaan tersebut. 
 Penyebab Obsesif Kompulsif adalah: 
a.       Genetik - (Keturunan). Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami OCD (Obsesif Compulsive Disorder). 

b.      Organik – Masalah organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian - bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD. 


c.       Kepribadian - Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah. 

d.      Pengalaman masa lalu - Pengalaman masa lalu/lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.


e.       Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi atau riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan 
f.       Konflik - Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat kerja, keyakinan diri.

g.       Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi, atau riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala yang mirip dengan depresi. Perilaku yang obsesif pada ibu depresi berusaha berkali-kali atau berkeinginan untuk membunuh bayinya.
INDIVIDU YANG BERISIKO
Individu yang beresiko mengalami gangguan obsesif-kompulsif adalah; 
a.       Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga dari broken home, kesalahan atau kehilangan masa kanak-kanaknya. (teori ini masih dianggap lemah namun masih dapat diperhitungkan) 
b.      Faktor neurobilogi dapat berupa kerusakan pada lobus frontalis, ganglia basalis dan singulum. 
c.       Individu yang memilki intensitas stress yang tinggi 
d.      Riwayat gangguan kecemasan 
e.       Depresi 
f.       Individu yang mengalami gangguan seksual

GEJALA
Obsesi yang umum bisa berupa kegelisahan mengenai pencemaran, keraguan, kehilangan dan penyerangan. Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang, dengan maksud tertentu dan disengaja. Sebagian besar ritual bisa dilihat langsung, seperti mencuci tangan berulang-ulang atau memeriksa pintu berulang-ulang untuk memastikan bahwa pintu sudah dikunci. Ritual lainnya merupakan kegiatan batin, misalnya menghitung atau membuat pernyataan berulang untuk menghilangkan bahaya.
Penderita bisa terobsesi oleh segala hal dan ritual yang dilakukan tidak selalu secara logis berhubungan dengan rasa tidak nyaman yang akan berkurang jika penderita menjalankan ritual tersebut. Penderita yang merasa khawatir tentang pencemaran, rasa tidak nyamannya akan berkurang jika dia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Karena itu setiap obsesi tentang pencemaran timbul, maka dia akan berulang-ulang memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
1.      Sebagian besar penderita menyadari bahwa obsesinya tidak mencerminkan resiko yang nyata. Mereka menyadari bahwa perliku fisik dan mentalnya terlalu berlebihan bahkan cenderung aneh.
2.      Penyakit obsesif-kompulsif berbeda dengan penyakit psikosa, karena pada psikosa penderitanya kehilangan kontak dengan kenyataan. Penderita merasa takut dipermalukan sehingga mereka melakukan ritualnya secara sembunyi-sembunyi. Sekitar sepertiga penderita mengalami depresi ketika penyakitnya terdiagnosis.
3.      Gejala ditandai dengan pengulangan (repetatif) pikiran dan tindakan sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu selanjutnya. Gejala utam obsesi-kompulsif harus memenuhi kriteria:
4.      Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut disadari sepenuhnya oleh individu atau didasarkan pada impuls dalam dirinya sendiri. Individu juga menyadari bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun tetap dilakukan untuk mengurangi kecemasan. 
5.      Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh oleh individu dan berusaha melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut sekuat tenaga, namun tidak berhasil.
6.      Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas atau kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan mengurangi stres yang dirasakannya. 
7.      Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara terus-menerus dalam beberapa kali setiap harinya.

D.     TREATMENT/PENANGANAN
Dalam Psikologi Mania (2009)  cara-cara mengatasi gangguan obsesif dan kompulsif adalah:
1.      Psikoterapi.
Treatment psikoterapi untuk gangguan obsesif-kompulsif umumnya diberikan hampir sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Ada beberapa faktor OCD sangat sulit untuk disembuhkan, penderita OCD kesulitan mengidentifikasi kesalahan (penyimpangan perilaku) dalam mempersepsi tindakannya sebagai bentuk penyimpangan perilaku yang tidak normal. Individu beranggapan bahwa ia normal-normal saja walaupun perilakunya itu diketahui pasti sangat menganggunya. Baginya, perilaku kompulsif tidak salah dengan perilakunya tapi bertujuan untuk memastikan segala sesuatunya berjalan dengan baik-baik saja. Faktor lain adalah kesalahan dalam penyampaian informasi mengenai kondisi yang dialami oleh individu oleh praktisi secara tidak tepat dapat membuat individu merasa enggan untuk mengikuti terapi.
Cognitive-behavioural therapy (CBT) adalah terapi yang sering digunakan dalam pemberian treatment pelbagai gangguan kecemasan termasuk OCD. Dalam CBT penderita OCD pada perilaku mencuci tangan diatur waktu kapan ia mesti mencuci tangannya secara bertahap. Bila terjadi peningkatan kecemasan barulah terapis memberikan izin untuk individu OCD mencuci tangannya. Terapi ini efektif menurunkan rasa cemas dan hilang secara perlahan kebiasaan-kebiasaannya itu.
Dalam CBT terapis juga melatih pernafasan, latihan relaksasi dan manajemen stres pada individu ketika menghadapi situasi konflik yang memberikan kecemasan, rasa takut atau stres muncul dalam diri individu. Pemberian terapi selama 3 bulan atau lebih.
2.      Farmakologi
Pemberian obat-obatan medis berserta psikoterapi sering dilakukan secara bersamaan dalam masa perawatan penderita OCD. Pemberian obat medis hanya bisa dilakukan oleh dokter atau psikiater atau social worker yang terjun dalam psikoterapi. Pemberian obat-obatan haruslah melalui kontrol yang ketat karena beberapa dari obat tersebut mempunyai efek samping yang merugikan.
Obat medis yang digunakan dalam pengobatan OCD seperti; Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) yang dapat mengubah level serotonin dalam otak, jenis obat SSRIs ini adalah Fluoxetine (Prozac), sertraline (Zoloft), escitalopram (Lexapro),
paroxetine (Paxil), dan citalopram (Celexa)

3.      Trisiklik (Tricyclics)
Obat jenis trisiklik berupa clomipramine (Anafranil). Trisiklik merupakan obat-obatan lama dibandingkan SSRIs dan bekerja sama baiknya dengan SSRIs. Pemberian obat ini dimulai dengan dosis rendah. Beberapa efek pemberian jenis obat ini adalah peningkatan berat badan, mulut kering, pusing dan perasaan mengantuk.
4.      TERAPI
Menurut Widodo Judarwanto  dalam Koran Indonesia, terapi konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang dapat mengurangi gejala obsesd, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi. Bila diperlukan bisa diberi Klomipramin 100 – 150 mg, atau golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors. Konsultasi spesialistik bila kondisi tidak berkurang atau menetap 


Psikologi mania. 2011. Gangguan obsesif kompulsif. (online) diakses 20 April 2013. http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguan-obsesif-kompulsif-obsessive.html
Khaidir Muhaj. 2009. Askep gangguan obsesif kompulsif. (online. Diakses 20 April 2013 http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/04/askep-gangguan-obsesif-kompulsif.html
Widodo Judarwono. Koran Indonesia (online) diakses 20 april 2013.
Htpp://koranindonesiasehat.wordpress.com