Cara Pengukuran Sikap
Salah
satu problem metodologi dasar dalam psikologi ssial adalah bagaimana mengukur
sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap: antara lain: Skala
Thrustone, Likert, Unobstrusive Measures, Analisis Skalogram dan Skala Kumulatif,
dan Multidimensional Scaling.
1.Skala
Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)
Metode
ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang
sangat unfavorabel hingga sangat fafovabel terhadap suatu obyek sikap. Caranya
dengan memberikan orang tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan
derajad favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini
seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang
mencerminkan derajad favorabilitas dari masing-masing pernyataan. Derajat
(ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.
Untuk
menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu
membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih.
Penrnyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai
(judges). Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas
masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalui titik
skala rating yang memiliki rentang 1-11. Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 Sangat setuju Tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya
mereka terhadap pernyataan itu.
Median atau rerata perbedaan
penilaian antar penilai terhadap aitem ini kemudian dijadikan sebagai nilai
skala masing-masing aitem. Pembuat skala kemudian menyusun aitem mulai dari
atem yang memiliki nilai skala terrendah hingga tertinggi. Dari aitem-aitem
tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem untuk kuesioner skala sikap yang
sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan
pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan
atau ketidaksetujuannya pada masing-masing aitem sikap tersebut.
Teknik
ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran sikap
seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala sama. Perbedaan yang sama
pada suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam sikapnya. Asumsi
kedua adalah Nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak
dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isue. Penilai melakukanrating terjhadap
aitem dalam tataran yang sama terhadap isue tersebut.
2.Skala
Likert (Method of Summateds Ratings)
Likert
(1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana dibandingkan
dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point
disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang favorable dan yang unfavorabel.
Sedangkan aitem yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral
tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing
responden diminta melakukan egreement atau disegreemenn-nya untuk masing-masing
aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point ( Sangat seuju, Setuju, Ragu-ragu,
Tidak setuju, Sangat Tidak Setuju).
Semua
aitem yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat
setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang Sangat Tidak setuju nilainya 1.
Sebaliknya, untuk aitem yang unfavorabel nilai skala Sangat Setuju adalah 1
sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya skala
Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval
sama (equal-interval scale).
Unobstrusive Measures.
Metode ini berakar dari suatu
situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau
yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.
3.Multidimensional
Scaling.
Teknik
ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan
pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini
kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensinal
kurang valid terutama apbila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain
skala aitem.
Organisasi Sikap
Teori Balance dan teori konsistensi
lainnya berasumsi bahwa seseorang akan cenderung mencari struktur evaluatif
yang sederhana dengan yang dievaluasi oleh orang lain dan objek-objek dipandang
sebagai hal yang berhubungan satu dengan lainnya.
Keseimbangan bukannya satu-satunya
prinsip yang mempengaruhi persepsi seseorang mengenai hubungan antar elemen
dalam struktur sikap. Prinsip lain yang juga penting antara lain adalah
preferensi untuk menilai positif, hubungan , dan adanya kepercayaan tentang
skript situasional yang relevan, atau serangkaian aturan ipmlikasi yang
sederhana dan hipotesis kausal.
Penelitian mengenai kompleksitas
kognitif menekankan pada perbedaan individual dalam toleransi seseorang
terhadap ambiguitas dan kebutuhan nyata untuk mengatasi inkonsistensi. Semakin
kompleks kognitifnyaindividu akan semakin mencari informa
Pengukuran sikap ini dapat dilakukan secara:
1. Pengukuran sikap secara langsung
1. Pengukuran sikap secara langsung
Pada umumnya digunakan tes psikolgi yang berupa sejumlah item yang telah disusun secara hati-hati, saksama, selektif sesuai dengan kriteria tertentu. Tes psikologi ini kemudian dikembangkan menjadi skala sikap. Dan skala sikap ini diharapkan mendapat jawaban atas pertanyaan dengan berbagai cara oleh responden terhadap suatu objek psikologi.
2. Pengukuran sikap secara tidak langsung
Teknik pengukuran sikap secara langsung yang telah dibicarakan di muka bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan (verbal). Dengan teknik demikian, subjek juga tahu bahwa sikapnya sedang diukur, dan pengetahuan atas ini mungkin akan mempengaruhi jawabannya. Ini salah satu problem yang sering dihadapi dalam penggunaan teknik pengukuran secara langsung. Adakah responden menjawab sejujurnya?
Sebab kemungkinan untuk menjawab tidak jujur dalam arti tidak seperti apa adanya adalah besar sekali. Apabila kita ditanya tentang perasaan atau sikap kita terhadap tetangga, kemungkinan besar akan menjawab yang positif meskipun tidak demikian halnya. Sebenamya problem ini sudah dikurangi dengan konstruksi item yang secermat-cermatnya. Namun demikian tidak berarti bahwa problem tersebut sudah teratasi sepenuhnya.
Berdasar atas problem tersebut beberapa ahli berusaha mengembangkan suatu teknik mengukur sikap secara langsung. Di dalam teknik tidak langsung ini, subjek tidak tahu bahwa tingkah laku atau sikapnya sedang diteliti. Teknik tidak langsung khususnya berguna bila responden kelihatan enggan mengutarakan sikapnya secara jujur.
Dalam suatu teknik tidak langsung, seorang peneliti memberikan gambar-gambar kepada subjek, subjek diminta untuk menceritakan apa-apa yang ia lihat dari gambar itu.
subjek kemudian di-score yang memperlihatkan sikapnya terhadap orang atau situasi di dalam gambar ini. Seperti yang pernah dilakukán oleh Proshansky (:1943), yang menyelidiki tentang sikap terhadap buruh. Di sini pengukuran sikap dilakukan secara tidak langsung, yaitu kepada subjek dliperlihatkan gambar-gambar dan para pekerja dalam berbagai konflik situasi.
Subjek diminta untuk menceritakan tentang gambar-gambar itu dalam suatu karangan atau cerita.
Namun teknik pengukuran sikap tidak langsung menimbulkan beberapa masalah penting bagi para ahli psikologi. Sejauh mana sikap individu dapat diungkap, bila ia tidak menyadari akan hal itu, di samping itu apakah bukan suatu pelanggaran mengungkap sesuatu yang bersifat pribadi di luar pengetahuan dan kesadarannya? Apakah ini bukan suatu pelanggaran etik? Apakah kita selalu memerlukan izin atau persetujuan dari responden? Hal- hal inilah yang menimbulkan masalah bagi para peneliti tidak hanya pada teknik tidak langsung tetapi juga pada hampir sernua penelitian psikologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar